Penulis: Shezan A. Gerung
Sahabat adalah seseorang yang memiliki tempat spesial di hati kita. Dalam Islam, kita pun dianjurkan untuk memperbanyak sahabat. Al-Hasan al-Bashri berkata, “Perbanyaklah sahabat-sahabat muslimmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.” Ingat, lo, perbanyak sahabat, bukan musuh. Jika banyak musuh, hidup kita terasa sempit. Sebaliknya, jika banyak sahabat, hidup pasti lapang. Betul?
Kisah Persahabatan Rasulullah ï·º
Ada begitu banyak kisah persahabatan di dunia ini. Akan tetapi, kisah persahabatan antara Rasulullah saw. dan Abu Bakar ash-Siddiq tidak lekang oleh waktu. Persahabatan yang mereka bangun karena Allah Taala. Mereka saling percaya dan mengingatkan dalam kebaikan.
Diceritakan bahwa saat hijrah tiba, Rasulullah saw. segera mendatangi Abu Bakar ash-Shiddiq dan mengabarkan bahwa waktu hijrah telah tiba. Aisyah ra. yang saat itu berada di rumah Abu Bakar mengatakan, “Saat kami sedang berada di rumah Abu Bakar, ada seorang yang mengabarkan kedatangan Rasulullah saw. kepadanya. Beliau datang pada waktu yang tidak biasa. Kemudian beliau saw. minta izin untuk masuk. Abu Bakar menjawab, “Mereka semua adalah keluargamu, wahai Rasulullah.” Rasulullah kembali mengatakan, “Sesungguhnya, aku sudah diizinkan untuk berhijrah.” Abu Bakar menanggapi, “Apakah aku menemanimu dalam hijrah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya.”
Abu Bakar menangis bahagia karena mendapat kesempatan menemani Rasulullah saw. berhijrah. Aisyah menyatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang menangis karena bahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu.”
Kemudian, Rasulullah saw. menunggu siang berlalu. Pada malam hari, Nabi saw. keluar dari rumahnya yang sudah terkepung oleh orang-orang kafir Quraisy. Namun, Allah Swt. menjadikan mereka tidak bisa melihat beliau.
Dalam perjalanan hijrahnya, Rasulullah saw. tiba di Gua Tsur. Sampai di mulut gua, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, janganlah engkau masuk ke dalam gua ini sampai aku memasukinya terlebih dahulu. Kalau ada sesuatu yang jelek, maka akulah yang mendapatkannya, bukan engkau.”
Abu Bakar pun masuk, membersihkan gua, dan menutup lubang-lubang di gua dengan kainnya. Abu Bakar khawatir jika ada hewan yang keluar dari lubang-lubang tersebut dan membahayakan Rasulullah. Setelah itu, tersisa dua lubang yang nanti bisa ditutupi dengan kedua kakinya. Ketika telah merasa aman, Abu Bakar mempersilakan Rasulullah saw. masuk gua. Nabi saw. pun masuk dan tidur di pangkuan Abu Bakar.
Ringkasnya, seekor binatang menyengat kaki Abu Bakar. Ia kesakitan, tetapi menahan dirinya agar tidak bergerak. Ia tidak ingin gerakannya menyebabkan Rasulullah saw. terbangun dari istirahatnya. Namun, Abu bakar adalah manusia biasa. Rasa sakit akibat itu membuat air matanya terjatuh dan menetes di wajah Rasulullah. Nabi saw. pun terbangun, lalu bertanya, “Apa yang menimpamu, wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Aku disengat sesuatu.” Rasulullah saw. pun mengobatinya.
Sobat muslimah, demikian besarnya cinta Abu Bakar ash-Shiddiq kepada sahabatnya. Oleh sebab itu, Rasulullah menempatkan Abu Bakar sebagai sahabat yang sangat beliau cintai. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya, orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabb-ku, pastilah aku akan memilih Abu Bakar. Namun, cukuplah persaudaraan semuslim dan kecintaan karena-Nya. Maka, tidak tersisa pintu masjid, kecuali tertutup selain pintu Abu Bakar saja.” (HR Bukhari).
Kriteria Sahabat
Sobat, hubungan persahabatan adalah hubungan yang sangat mulia. Mengapa? Ini karena sahabat berperan dalam membentuk karakter kita. Katanya, nih, jika bersahabat dengan penjual parfum, kita bakal ketiban wanginya juga. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka, hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
Oleh karena itu, memilih sahabat bukan karena seseorang itu asyik diajak jalan doang. Juga bukan sekadar mau mendengar keluh kesah kita. Tidak cukup menjalin rasa, tetapi sesama sahabat pun bisa memiliki pemikiran yang sama.
Sebagai seorang muslim, tentu kita berharap memiliki sahabat yang bisa menambah ketaatan kepada Allah Taala. Sahabat yang baik adalah ia yang senantiasa memberi nasihat, utamanya dalam perkara agama. Ingat ya, agama adalah nasihat. Dengan demikian, nasihat itu adalah perkara urgent, bukan perkataan orang yang kurang kerjaan. So, jangan memusuhi sahabat yang mengingatkan kita tentang perkara agama, apalagi menghindar darinya, ya.
Catat, nih, “Kalimat yang paling Allah benci (adalah ketika) seseorang menasihati temannya, ‘Bertakwalah kepada Allah.’ Namun ia menjawab, ‘Urus saja dirimu sendiri.'” (HR Baihaqi).
Nasihat Itu Tanda Cinta
Saling mengingatkan kini menjadi aktivitas langka, lo, Sobat. Kadang ada rasa segan atau enggan untuk saling mengingatkan. Khawatir tersinggung atau justru merusak persahabatan. Sesungguhnya, sahabat terbaik adalah yang senantiasa mengingatkan kita kepada Allah Taala.
Wajib banget menjadi perhatian kita bersama bahwa teman yang paling baik adalah apabila melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah. Mendengar kata-katanya akan menambahkan ilmu tentang agama. Melihat gerak-geriknya membuat kita teringat akan kematian.
Masyaallah. Yuk, cari sahabat taat yang bisa mengajak kita bareng-bareng ke surga Allah.