Teman Surga


Siapa yang pengin masuk surga? Pertanyaan ini sering dilontarkan di
training motivasi atau mungkin waktu sekolah TK dulu pernah ditanya begitu sama guru TK? Dan sudah pasti kan jawabannya semua pengin masuk surga. Ya, kan? Kayaknya enggak ada, deh, manusia yang enggak mau masuk surga. Sepreman apa pun seseorang, kayaknya kalau dia muslim, kalau ditanya juga pengin masuk surga.

Cuma memang, surga itu tempatnya kan di akhirat. Kalo ada yang bilang “surga dunia” itu pengibaratan saja. Namun, bagi kita yang muslim, melalui dalil yang qath’i, yakin bahwa surga kelak akan kita jumpai pada yaumulakhir, setelah amalan kita di dunia dihisab oleh Allah Swt..

Nah, itu artinya kita kudu ngerti nih amalan atau aktivitas apa saja selama kita di dunia ini yang bikin kita bisa menjadi penghuni surga kelak. Salah satu aktivitas untuk bisa menjadi penghuni surga adalah cara tepat memilih teman yang juga bisa menjadi wasilah (perantara) kita ke surga.

Berteman karena Kepentingan?

Sobat, apa sih dasar kita berteman ? Kita memang butuh punya teman, tetapi apakah kita berteman atas dasar kepentingan?

Mungkin ada di antara sobat pembaca yang mudah urusannya karena teman ketemu teman. Misalnya, ada seorang teman yang handphone-nya rusak berkali-kali, sedangkan teman dekatnya enggak ada yang bisa benerin, tetapi teman dekatnya itu punya teman yang ternyata pakar ngoprek handphone.

Akhirnya, perbendaharaan teman menjadi lebih luas. Dahulunya yang enggak punya teman tukang servis HP, jadi punya teman. Begitu seterusnya. Namun, haruskah kita berteman dengan orang lain karena asas kepentingan? Bahasa ekstremnya, kita mencari teman karena ada maunya.

Adakalanya juga kayak gini faktanya. Ada dua orang yang sudah sohiban lama. Terus salah satu di antaranya butuh beli motor, misalnya. Terus temannya tadi mereferensikan temannya yang jual motor.

Kebetulan temannya si temannya tadi yang jualan motor enggak cuma satu orang, sebut saja ada tiga orang. Nah, temannya yang butuh motor tadi pasti bakalan memilih di antara tiga temannya teman itu mana yang jualannya bagus, amanah, jujur, dan baik orangnya. Jadi, ternyata untuk memilliki teman pun harus pilih-pilih, bukan asal berteman alias berteman bukan semata karena ada “maunya”.

Kalau misalnya berteman prinsipnya asal “kepentingan gue” terpenuhi, pasti akan berteman dengan siapa pun. Berteman kayak gitu asasnya manfaat, setiap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya akan diambil. Padahal kalau asas manfaat dijadikan patokan, antara satu orang dengan orang lain standarnya akan beda. Kalaupun misalnya standarnya sama, kita juga kudu ngeliat apakah yang disebut ‘manfaat’ itu sesuai dengan syariat Islam atau enggak?

Jadi, jangan berteman dengan prinsip, “Tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi”. Ceritanya kayak film legendaris The Godfather I-III, tergambar jelas bagaimana mengatur pertemanan palsu itu dari mafioso Italia yang tinggal di AS. Don Corleone (diperankan Marlon Brando) adalah The Godfather, “bapaknya” kaum mafioso di Amrik. Bersama anaknya, Michael (diperankan Al Pacino) ia menjalankan bisnis kaum mafia.

Namun, enggak semua orang suka sama mereka, sebagian malah berencana menghabisi keluarga Corleone. Don dan putranya, Michael bukannya enggak tahu, tetapi mereka berdua enggak gampang naik darah. Mereka enggak balas menyerang para musuh dalam selimut itu. Mereka justru memperlakukan setiap musuh dengan baik-baik. “Aku harus dekat dengan semua orang, dan terutama aku harus lebih dekat lagi dengan musuh-musuhku,” kata Michael Corleone.

Berteman ala mafia itu bukanlah pertemanan sejati. Mereka kumpul bersama karena ada kepentingan, yaitu uang! Yup, mereka menjalankan bisnis yang menghasilkan omset jutaan dolar. Prinsip mereka, kalau bisa ngadepin musuh (polisi federal) bareng-bareng demi kepentingan bisnis mereka, ngapain sendiri-sendiri? Kira-kira begitulah gambaran pertemanan kalau dasarnya manfaat.

It means, pertemanan atas dasar kemanfaatan alias ada maunya sangat bahaya sebab kalau manfaat dan keinginannya sudah terpenuhi, maka pertemanan itu akan berakhir, bahkan bisa jadi musuh. Naudzubillah min dzalik.

Berteman karena Allah

Rasulullah saw. pernah bersabda,

”Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya akan mendapatkan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api.” (HR Bukhari).

Allah Swt. berfirman,

”Teman-teman akrab pada hari (kiamat) nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.(QS Az-Zukhruf : 67).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Namun, ketika persahabatannya dilandasi cinta karena Allah ‘azza wa jalla, inilah yang kekal selamanya (Tafsir Ibnu Katsir).

Begitu amazing-nya orang yang bersahabat karena Allah, sampai-sampai para nabi dan syuhada amat menginginkan menjadi seperti mereka. Sabda Rasulullah,

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada segolongan manusia yang bukan para nabi juga syuhada, tetapi para nabi dan syuhada ingin seperti mereka karena kedudukan mereka di sisi allah pada hari kiamat.” Para sahabat berkata, “Ya, Rasulullah! Beritahukanlah pada kami, siapakah mereka?” Rasulullah saw. menjawab, “Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, padahal mereka tidak memiliki hubungan saudara, dan tidak ada harta yang saling mereka ambil, demi Allah sesungguhnya wajah mereka bercahaya, dan mereka ada di atas cahaya, mereka tidak takut jika manusia merasa takut.”(HR Ibnu Hibban dan Hakim).

Bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan teman kita. Sebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap.” (HR Bukhari dan Muslim).

So, pandai-pandailah dalam memilih teman, carilah teman yang bisa membantumu mendekatkan diri pada Rabb-mu, bisa memberikan saran dan petunjuk untuk mencapai tujuan muliamu.

Kamukah Teman Surgaku?

Terus, gimana dong cara menjadi dan mencari teman yang bisa mengantarkan kita ke surga? Yupz, kita jangan hanya menuntut teman-teman surga, sedangkan kita sendiri tidak memiliki ciri-ciri teman surga. Nah, penting bin urgen kalau prinsip-prinsip berteman surga di bawah ini kamu dan temanmu harus miliki.

Pertama, akidah adalah dasar pertemanan dalam Islam.

Firman Allah Taala, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. arena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(QS Al-Hujurat [49]: 10)

Kedua, teman surga itu enggak boleh pandang warna kulit, bahasa.

Sabda Nabi saw., “Wahai manusia! Ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan sesungguhnya bapak kalian adalah satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab dibandingkan orang Ajam (non-Arab) dan tidak ada keutamaan bagi orang Ajam dibandingkan orang Arab, dan tidak ada keutamaan bagi orang berkulit merah dibandingkan yang hitam dan tidak ada pada orang kulit hitam dibandingkan dengan yang berkulit merah, kecuali dengan takwa,”(HR Imam Ahmad).

Ketiga, bersahabat dengan sesama muslim.

Firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS Ali Imran [3]: 118).

Keempat, berteman itu tolong-menolong, bukan dalam dosa dan permusuhan.

Firman Allah Taala, “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam kejahatan dan permusuhan.” (QS Al-Maidah [5]: 2).

Abu Hurairah berkata, “Berdirilah, aku akan memenuhi kebutuhanmu.” Dengan heran lelaki itu bertanya,“Apakah engkau akan meninggalkan iktikaf di masjid Rasul ini hanya karena aku?” Abu Hurairah menangis lalu menjawab, “Aku mendengar penghuni kubur ini (Rasulullah saw.) berkata, ‘Berjalannya seseorang di antara kalian untuk memenuhi kebutuhan saudaranya sampai terpenuhi, lebih baik baginya daripada iktikafnya di masjidku selama 10 tahun.’”

Kelima, berteman itu wajib menjaga kehormatan, harta, dan darah sesama muslim.

Sabda Nabi saw., “Mencaci maki seorang muslim adalah fasik, membunuhnya adalah (perbuatan) kufur.” (HR Bukhari).

“Seorang muslim atas muslim adalah haram; kehormatannya, hartanya, dan darahnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sobat, yuk becermin; apakah kita ini sudah tergolong seorang teman surga atau belum? Kalau belum, yuk sama-sama berusaha dengan gigih untuk jadi teman surga. Kalaupun sudah, yuk ajak teman-temanmu di dunia ini, agar menjadi teman sehidup sesurga. Amin ya rabbal alamin.

Sumber Tulisan : [Dunia Remaja] Teman Surga

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak